Cerita cinta di hidupku (1 of.......)
Mungkin dalam umur segini, terlalu muda untuk menyebutkan ini
cinta. Hanya cinta monyet, itulah lebih tepatnya. Tapi kenapa? Hanya cinta
monyet saja membuatku begitu tertekan, apalagi dengan cinta yang sebenarnya. Kenapa aku begitu nyaman saat
berada di dekatnya. Kenapa aku begitu senang menghabiskan wwaktuku untuk
meledeknya ? dan kadang aku juga menyemangatinya. Mengapa aku melakukan semua
itu? Semua perbuatan yang benar-benar sia-sia. Apa guna nya? Menganggap seseorang
begitu spesial tapi dia hanya menganggap kita sebagai teman. Atau bahkan sering
menganggap kita tidak ada.
Ini berawal dari awal pertama kelas dimulai. Saat kamu dan aku
tanpa sengaja dipertemukan oleh kedekatan antara bangku. Di sana kita mulai berbicara
panjang lebar ke sana ke mari bolak balik tanpa bosan. Di sana aku merasakan
kamu adalah seorang yang menyenangkan. Yang memiliki 1001 cerita untuk
diceritakan. Kita nyambung dalam hal bercerita. Tapi dalam hal idola? Kita
sangat bertolak belakang. Kamu yang sangat menyukai suatu klub bola terkenal di
Indonesia sedangkan saya menyukai sebuah boyband asia yang sedang booming. Kamu
yang sering menjatuhkan idola saya dan saya juga sering menjatuhkan idolamu.
Tapi itu semua tidak pernah masuk ke hati
Pertengkaran setiap hari terjadi antara kita baik yang besar
hingga yang benar-benar kecil. Apakah takdir memang memutuskan kita untuk
bersama? Setiap hari setiap jam selalu saja ada celetukan-celetukan dan
sindiran sindiran serta guyonan guyonan yang kita lontarkan setiap hari. Tiada
hari tanpa bersamamu. Begitu indah hari-hariku saat itu. Dan saat itu aku
tersadar. Aku menyadari perasaanku padamu. Bahwa aku menyayangimu.
Saat itu ku teringat perkaatan yang keluar dari
sahabat-sahabatku dulu. Jangan terlalu benci sama dia entar jadi suka loh.
Begitu canda mereka. Aku hanya tertawa mendengarnya. Tapi ternyata itu menjadi
kenyaataan. Kamu belum mengetahui perasaan ku padamu. Kalau kammu mengetahuinya
aku tidak tau akan seperti apa jadinya. Detik demi detik berlalu, jam demi jam,
hari demi hari. Kita semakin dekat. Meski kadang aku harus merasakan betapa
cueknya kamu.
Di tengah kedekatan kita, mulai terdengar gossip-gosip. Karena
gossip-gosip itu, kamu yang dulu begitu dekat denganku. Akhirnya mulai menjauh,
aku tidak tau alasannya apa. Aku sudah mencoba untuk mengajakmu bicara kembali
tapi kamu hanya menjawab seperlunya. Pada saat itu, aku sangat sedih. Ke mana
kamu yang dulu? Yang ga cuek kayak begini.
Aku tetap berusaha mendekatimu. Usahaku tidak sia-sia. Kamu
mulai kembali seperti yang dulu. Kita kembali dekat tapi tidak seperti dulu.
Dekat tapi tidak terlalu dekat. Hingga tibalah saat itu. Tanggal 19 Maret 2013.
Aku ingat hari itu adalah hari selasa malam., esoknya sekolahku masih libur.
Akhirnya karena bosan pada malam itu, aku memberanikan diri untuk mengirim
pesan singkat kepadamu. Yang isinya tentang semua perasaanku. Aku sadar dan aku
tau apa yang akan kamu jawab. Tapi hanya dengan bermodal nekat, aku melakukan
itu. Tepat seperti dugaanku. Kamu menjawab persis seperti apa yang aku
pikirkan. Dilihat dari balasanmu, terlihat jelas bahwa kamu begitu terkejut
mendengar pernyataanku. Terbersit kecewa di lubuk hatiku yang terdalam. Tapi
perasaan kecewa itu harus kupendam dalam-dalam. Untuk apa menunjukkan nya padamu?
Ku coba untuk tetap tegar dihadapanmu. Melalui pesan singkat itu aku menyudahi
perckapan kita dan berpura-pura tegar dan tidak peduli atas jawab darimu.
Padahal, tentu kamu tidak mengetahui, bahwa aku, sekarang sedang berlinangan
air mata. Ada sedikit penyesalan di hatiku mengapa aku mengatakan itu padamu.
Aku tidak sanggup melihat apa yang akan terjadi kalau masuk sekolah besok.
Tepat saat tanggal 23 Maret 2013, hari sabtu. Saat itu aku
begitu kaku saat masuk sekolah. Aku bingung bagaimana aku harus bersikap.
Pura-pura tanggal 19 Maret itu tidak terjadi apa-apa? Atau mulai menghindar
dari dia. Kepalaku pusing memikirkan itu. Aku sudah menceritakan semuanya
terhadap semua sahabatku. Kecuali satu orang. Aku memiliki alasan khusus untuk
tidak memberitahunya. Salah satu dari sahabatku menyarankan untuk berlaku
sewajarnya saja. Anggap malam selasa itu tidak terjadi apa-apa. Oke, aku
mencobanya.
Saat sedang mengobrol dengan sahabatku. Pintu kelas ku dibuka
oleh sesorang. Saat itu masih pagi jadi banyak anak yang baru datang. Dengan
spontan ku tolehkan kepalaku kearah pintu. Dan ternyata itu dia. Kami saling
melihat sejenak dan bersamaan saling membuang muka. Apa ini? Kenapa saat aku
melihatnya jantungku berdebar kencang? Oh tuhan.
Hari ini hari sabtu, aku bersiap untuk melakukan ritual hari
sabtuku. Yaitu menagih uang kas ke teman-temanku yang masih menunggak. Saat itu
aku ingat aku sedang menagih Ariq, Ariq saat itu tepat berada di belakang
“dia”. Setelah Ariq membayar, dia melihat catatan uang kas. Ariq melihat nama
“dia” yang memang menunggak selama sebulan. Ariq berkata pada “dia”, :”EH. Kamu
belom bayar uang kas itu. Sebulan lagi. Bayar weh, kamu ini.” Aku memang
sengaja tidak menagih “dia” uang kas. Aku ingin menghindar. Walaupun aku juga
mencoba untuk berlaku sewajarnya.
Spontan dia melihat aku, dan aku juga melihat dia. Kami saling
bertatapan. Ku lihat bibirnya menyunggingkan senyum memohon. Ahh aku bosan
melihat senyuman ini. Tapi senyuman itu membuat jantungku berdebar kencang. Aku
benci saat-saat seperti ini. Kemudian dia memohon untuk membayar besok senin.
Aku sudah hafal dengan ini. Aku pun berlalu menuju kea rah teman-temanku yang
lain. Fiuuh sebenarnya aku juga merasa lega. Karena dia bersikap seperti biasa
padaku, tanpa mengingat kejadian tanggal 19 Maret malam.
Hari demi hari berlalu, aku dan dia seperti biasa masih sering
sekali saling ledek. Peristiwa tanggal 19 Maret itu tidak ada yang mengetahui
selain aku,dia, kelima sahabatku dan Allah. Tapi “dia” sekarang tidak terlalu
banyak bicara padaku. Saat jam kosong, dulu kami sering bercerita ngalor
ngidur. Tapi sekarang dia lebih memilih membicarakan game dengan anak-anak
laki-laki yang lain.
Aku kangen kamu yang dulu, tepatnya aku kangen “kita” yang
dulu. Yang sering cerita ngalor ngidur ke sana ke mari ga jelas. Aku kangen
kita yang dulu sering ledek-ledekan. Aku kangen kamu yang ga cuek kayak
sekarang. tapi apa yang harus kuperbuat? Memang beginilah jadinya. Ini semua
takdir tuhan yang tidak boleh ku tolak.
Hari demi hari berlalu.
Sebentar lagi ulangtahun mu. Aku dan teman-temanku sudah menyiapkan
kejutan untukmu. Kebetulan “dia” dengan salah satu sahabatku berulang tahun
hanya berbeda 1 hari. Sahabatku tanggal 26 Maret dan “dia” 27 Maret. Rencana
itu berjalan mulus. Saat tangga; 26 Maret kami(aku dan sahabat2ku) merayakn
ultah mereka berdua di sekolah. Lengkap dengan kue tart yang kami beli dengan
uang hasil patungan kami. Saat disuruh menyebutkan wish nya saat titup lilin, “dia”
menolak. Dia bilang itu pribadi. Sebenarnya aku tau salah satu wish nya, dia
berharap agar spendu menjadi juara LPI. Aku kemarin melihat tweet nya begitu.
LPI itu apagitu singkatannya, yang jelas itu pertandingan bola. Dia kan anak bola, dia berharap spendu menang dalam
pertandingan itu. AMIN, ucapku dalam hati ketika mengingat itu.
Saat tanggal 27 Maret, aku dan teman-temanku bersama sedikit
teman-temannya melucur ke rumahnya. Kami menunggu dia pulang. Kata keluarganya,
dia belum pulang dari sekolah. Kami semua heran ke mana perginya dia? Beberapa
saat kemudian kami baru tersadar bahwa mungkin saja dia pergi membeli hape
bersama ayahnya. Gossip nya dia akan mendapatkan hadiah dari ayahnya.
Yap, tidak lama kemudian, dia akhirnya pulang juga. Kami
segera beraksi. Telur, tepung,air got sudah siap. Rencana pun berjalan . DUAR
DUAR DUAR. Kehebohan pun terjadi. Sempat
kulihat wajahnya yang teraniya. Tetapi tetap bisa tersenyum. Hari itu aku begitu bahagia. Bisa melihat dia
juga bahagia. Tuhan, rasa ini membuatku semakin gila.
Bersambung