Rabu, 31 Juli 2013

Cerita cinta di hidupku (1 of.......)

Cerita cinta di hidupku (1 of.......)
Mungkin dalam umur segini, terlalu muda untuk menyebutkan ini cinta. Hanya cinta monyet, itulah lebih tepatnya. Tapi kenapa? Hanya cinta monyet saja membuatku begitu tertekan, apalagi dengan cinta yang  sebenarnya. Kenapa aku begitu nyaman saat berada di dekatnya. Kenapa aku begitu senang menghabiskan wwaktuku untuk meledeknya ? dan kadang aku juga menyemangatinya. Mengapa aku melakukan semua itu? Semua perbuatan yang benar-benar sia-sia. Apa guna nya? Menganggap seseorang begitu spesial tapi dia hanya menganggap kita sebagai teman. Atau bahkan sering menganggap kita tidak ada.
Ini berawal dari awal pertama kelas dimulai. Saat kamu dan aku tanpa sengaja dipertemukan oleh kedekatan antara bangku. Di sana kita mulai berbicara panjang lebar ke sana ke mari bolak balik tanpa bosan. Di sana aku merasakan kamu adalah seorang yang menyenangkan. Yang memiliki 1001 cerita untuk diceritakan. Kita nyambung dalam hal bercerita. Tapi dalam hal idola? Kita sangat bertolak belakang. Kamu yang sangat menyukai suatu klub bola terkenal di Indonesia sedangkan saya menyukai sebuah boyband asia yang sedang booming. Kamu yang sering menjatuhkan idola saya dan saya juga sering menjatuhkan idolamu. Tapi itu semua tidak pernah masuk ke hati
Pertengkaran setiap hari terjadi antara kita baik yang besar hingga yang benar-benar kecil. Apakah takdir memang memutuskan kita untuk bersama? Setiap hari setiap jam selalu saja ada celetukan-celetukan dan sindiran sindiran serta guyonan guyonan yang kita lontarkan setiap hari. Tiada hari tanpa bersamamu. Begitu indah hari-hariku saat itu. Dan saat itu aku tersadar. Aku menyadari perasaanku padamu. Bahwa aku menyayangimu.
Saat itu ku teringat perkaatan yang keluar dari sahabat-sahabatku dulu. Jangan terlalu benci sama dia entar jadi suka loh. Begitu canda mereka. Aku hanya tertawa mendengarnya. Tapi ternyata itu menjadi kenyaataan. Kamu belum mengetahui perasaan ku padamu. Kalau kammu mengetahuinya aku tidak tau akan seperti apa jadinya. Detik demi detik berlalu, jam demi jam, hari demi hari. Kita semakin dekat. Meski kadang aku harus merasakan betapa cueknya kamu.
Di tengah kedekatan kita, mulai terdengar gossip-gosip. Karena gossip-gosip itu, kamu yang dulu begitu dekat denganku. Akhirnya mulai menjauh, aku tidak tau alasannya apa. Aku sudah mencoba untuk mengajakmu bicara kembali tapi kamu hanya menjawab seperlunya. Pada saat itu, aku sangat sedih. Ke mana kamu yang dulu? Yang ga cuek kayak begini.
Aku tetap berusaha mendekatimu. Usahaku tidak sia-sia. Kamu mulai kembali seperti yang dulu. Kita kembali dekat tapi tidak seperti dulu. Dekat tapi tidak terlalu dekat. Hingga tibalah saat itu. Tanggal 19 Maret 2013. Aku ingat hari itu adalah hari selasa malam., esoknya sekolahku masih libur. Akhirnya karena bosan pada malam itu, aku memberanikan diri untuk mengirim pesan singkat kepadamu. Yang isinya tentang semua perasaanku. Aku sadar dan aku tau apa yang akan kamu jawab. Tapi hanya dengan bermodal nekat, aku melakukan itu. Tepat seperti dugaanku. Kamu menjawab persis seperti apa yang aku pikirkan. Dilihat dari balasanmu, terlihat jelas bahwa kamu begitu terkejut mendengar pernyataanku. Terbersit kecewa di lubuk hatiku yang terdalam. Tapi perasaan kecewa itu harus kupendam dalam-dalam. Untuk apa menunjukkan nya padamu? Ku coba untuk tetap tegar dihadapanmu. Melalui pesan singkat itu aku menyudahi perckapan kita dan berpura-pura tegar dan tidak peduli atas jawab darimu. Padahal, tentu kamu tidak mengetahui, bahwa aku, sekarang sedang berlinangan air mata. Ada sedikit penyesalan di hatiku mengapa aku mengatakan itu padamu. Aku tidak sanggup melihat apa yang akan terjadi kalau masuk sekolah besok.
Tepat saat tanggal 23 Maret 2013, hari sabtu. Saat itu aku begitu kaku saat masuk sekolah. Aku bingung bagaimana aku harus bersikap. Pura-pura tanggal 19 Maret itu tidak terjadi apa-apa? Atau mulai menghindar dari dia. Kepalaku pusing memikirkan itu. Aku sudah menceritakan semuanya terhadap semua sahabatku. Kecuali satu orang. Aku memiliki alasan khusus untuk tidak memberitahunya. Salah satu dari sahabatku menyarankan untuk berlaku sewajarnya saja. Anggap malam selasa itu tidak terjadi apa-apa. Oke, aku mencobanya.
Saat sedang mengobrol dengan sahabatku. Pintu kelas ku dibuka oleh sesorang. Saat itu masih pagi jadi banyak anak yang baru datang. Dengan spontan ku tolehkan kepalaku kearah pintu. Dan ternyata itu dia. Kami saling melihat sejenak dan bersamaan saling membuang muka. Apa ini? Kenapa saat aku melihatnya jantungku berdebar kencang? Oh tuhan.
Hari ini hari sabtu, aku bersiap untuk melakukan ritual hari sabtuku. Yaitu menagih uang kas ke teman-temanku yang masih menunggak. Saat itu aku ingat aku sedang menagih Ariq, Ariq saat itu tepat berada di belakang “dia”. Setelah Ariq membayar, dia melihat catatan uang kas. Ariq melihat nama “dia” yang memang menunggak selama sebulan. Ariq berkata pada “dia”, :”EH. Kamu belom bayar uang kas itu. Sebulan lagi. Bayar weh, kamu ini.” Aku memang sengaja tidak menagih “dia” uang kas. Aku ingin menghindar. Walaupun aku juga mencoba untuk berlaku sewajarnya.
Spontan dia melihat aku, dan aku juga melihat dia. Kami saling bertatapan. Ku lihat bibirnya menyunggingkan senyum memohon. Ahh aku bosan melihat senyuman ini. Tapi senyuman itu membuat jantungku berdebar kencang. Aku benci saat-saat seperti ini. Kemudian dia memohon untuk membayar besok senin. Aku sudah hafal dengan ini. Aku pun berlalu menuju kea rah teman-temanku yang lain. Fiuuh sebenarnya aku juga merasa lega. Karena dia bersikap seperti biasa padaku, tanpa mengingat kejadian tanggal 19 Maret malam.
Hari demi hari berlalu, aku dan dia seperti biasa masih sering sekali saling ledek. Peristiwa tanggal 19 Maret itu tidak ada yang mengetahui selain aku,dia, kelima sahabatku dan Allah. Tapi “dia” sekarang tidak terlalu banyak bicara padaku. Saat jam kosong, dulu kami sering bercerita ngalor ngidur. Tapi sekarang dia lebih memilih membicarakan game dengan anak-anak laki-laki yang lain.
Aku kangen kamu yang dulu, tepatnya aku kangen “kita” yang dulu. Yang sering cerita ngalor ngidur ke sana ke mari ga jelas. Aku kangen kita yang dulu sering ledek-ledekan. Aku kangen kamu yang ga cuek kayak sekarang. tapi apa yang harus kuperbuat? Memang beginilah jadinya. Ini semua takdir tuhan yang tidak boleh ku tolak.
Hari demi hari berlalu.  Sebentar lagi ulangtahun mu. Aku dan teman-temanku sudah menyiapkan kejutan untukmu. Kebetulan “dia” dengan salah satu sahabatku berulang tahun hanya berbeda 1 hari. Sahabatku tanggal 26 Maret dan “dia” 27 Maret. Rencana itu berjalan mulus. Saat tangga; 26 Maret kami(aku dan sahabat2ku) merayakn ultah mereka berdua di sekolah. Lengkap dengan kue tart yang kami beli dengan uang hasil patungan kami. Saat disuruh menyebutkan wish nya saat titup lilin, “dia” menolak. Dia bilang itu pribadi. Sebenarnya aku tau salah satu wish nya, dia berharap agar spendu menjadi juara LPI. Aku kemarin melihat tweet nya begitu. LPI itu apagitu singkatannya, yang jelas itu pertandingan bola. Dia kan  anak bola, dia berharap spendu menang dalam pertandingan itu. AMIN, ucapku dalam hati ketika mengingat itu.
Saat tanggal 27 Maret, aku dan teman-temanku bersama sedikit teman-temannya melucur ke rumahnya. Kami menunggu dia pulang. Kata keluarganya, dia belum pulang dari sekolah. Kami semua heran ke mana perginya dia? Beberapa saat kemudian kami baru tersadar bahwa mungkin saja dia pergi membeli hape bersama ayahnya. Gossip nya dia akan mendapatkan hadiah dari ayahnya.
Yap, tidak lama kemudian, dia akhirnya pulang juga. Kami segera beraksi. Telur, tepung,air got sudah siap. Rencana pun berjalan . DUAR DUAR DUAR. Kehebohan pun  terjadi. Sempat kulihat wajahnya yang teraniya. Tetapi tetap bisa tersenyum.  Hari itu aku begitu bahagia. Bisa melihat dia juga bahagia. Tuhan, rasa ini membuatku semakin gila.
Bersambung